Ambon.Malukubarunews.com – Direktorat Kepolisian Perairan dan Udara (Polairud) Polda Maluku kembali menangani dua kasus kejahatan laut sepanjang pertengahan tahun 2025. Salah satu kasus yang menjadi sorotan adalah penggunaan bom ikan, praktik ilegal yang merusak ekosistem laut dan berdampak jangka panjang terhadap kelestarian bawah laut Maluku.
“Untuk tahun 2025 ini, baru dua kasus yang kami tangani. Satu masih dalam proses penyelidikan, satu lagi sudah kami limpahkan ke instansi kehutanan. Sedangkan tahun 2024 lalu, ada lima kasus dan semuanya sudah tahap dua, sudah kami proses lanjut,” ungkap Dirpolairud Polda Maluku, Kombes Pol Handoyo, saat diwawancarai di ruang kerjanya , Selasa, (15/7/2025).
Menurut Handoyo, kasus penggunaan bom ikan merupakan kejahatan serius yang dapat merusak ekosistem laut dalam jangka panjang. Ia mengungkapkan bahwa praktik ini masih ditemukan di beberapa wilayah, termasuk kawasan Aru dan perairan sekitar Ambon.
“Penggunaan bom ikan itu sangat fatal bagi ekosistem laut. Terumbu karang yang rusak bisa butuh 20 tahun untuk pulih. Ini berdampak pada generasi mendatang yang mungkin tidak bisa lagi menikmati keindahan laut Maluku,” ujar Handoyo.
Selain merusak lingkungan, Handoyo menambahkan bahwa penanganan kasus kejahatan laut berbeda dengan kejahatan konvensional di darat. Banyak kasus justru ditemukan oleh pihak kepolisian sendiri tanpa adanya laporan dari masyarakat, karena kurangnya kesadaran dan informasi mengenai saluran pelaporan kejahatan di laut.
“Kami tidak seperti satuan reskrim umum yang menerima laporan langsung. Kasus-kasus di laut banyak yang kami temukan sendiri. Minimnya laporan dari masyarakat menjadi tantangan tersendiri,” ungkapnya.
Handoyo juga menyoroti pentingnya edukasi masyarakat pesisir dan nelayan. Dirpolairud telah menginisiasi pendekatan melalui program Polisi RW serta menjalin koordinasi dengan tokoh agama setempat untuk meningkatkan pemahaman warga soal kejahatan perairan.
“Kadang nelayan punya masalah, tapi tidak tahu harus lapor ke mana. Jadi kami lakukan edukasi, beri pemahaman agar mereka tahu bahwa kasus kejahatan di laut bisa dilaporkan ke kami, bukan hanya ke Polsek,” jelasnya.
Terkait kecelakaan laut, Polairud Polda Maluku juga terus memperkuat koordinasi dengan TNI AL dan Dinas Perhubungan setempat. Penanganan cepat dilakukan jika terjadi insiden, terutama dalam kondisi cuaca buruk seperti musim timur saat ini.
“Kalau ada kecelakaan laut, kami langsung koordinasi dengan instansi terkait seperti TNI AL atau perikanan. Kami ikut dalam pencarian dan juga memberikan edukasi keselamatan berlayar kepada nelayan dan jasa angkutan laut,” tambah Handoyo.
Handoyo juga menekankan pentingnya penggunaan alat keselamatan yang memadai sebelum melaut, seperti pelampung dan pemeriksaan kondisi kapal. Menurutnya, kesadaran ini penting untuk meminimalisir korban jiwa akibat cuaca ekstrem di perairan Maluku.
“Cuaca bisa jadi tantangan besar. Ombak tinggi, jarak pandang terbatas, semua itu harus diantisipasi. Jadi kami sampaikan agar nelayan memeriksa semua peralatan sebelum berangkat,” ujarnya.
Meski tantangan masih banyak, Handoyo optimis bahwa dengan pendekatan edukatif dan peningkatan koordinasi, tingkat kejahatan di laut bisa ditekan. Ia mengajak masyarakat untuk aktif melapor dan bekerja sama menjaga laut Maluku dari kerusakan dan kejahatan.(MB-01)