Pj Bupati SBB Hadiri Panas Pela Negeri Sohuwe dan Lumahpelu

oleh -74 Dilihat

PIRU.malukubarunews.com – Penjabat Bupati Seram Bagian Barat, Dr. Achmad Jaiz Ely, ST,.M.Si, menghadiri acara panas Pela yang berlansung di balai Desa Sohuwe, Kecamatan Taniwel Timur. Selasa, 16/07/2024

Kehadiran Pj Bupati bersama OPD lingkup SBB tersebut, dalam rangka menyaksikan secara lansung ritual adat berupa panas pela yang digelar oleh Negeri Sohuwe dan Negeri Lumahpelu, sebagai negeri Ade dan Kaka.

Penjabat Bupati yang di dampingi Ketua PKK dan Setda SBB, A.Tuasu’un, dalam sambutannya mengatakan, budaya panas Pela dan gandong adalah warisan para leluhur, serta sejarah kebudayaan yang harus dilestarikan, terutama dalam menghadapi dinamika yang makin multikultural saat ini.

” Budaya Panas Pela hari ini merupakan upaya revitalisasi kearifan lokal sehingga menjadi tolok ukur budaya masyarakat provinsi Maluku, terutama pada Kabupaten SB,” Kata Ely

Ely menambahkan, revitalisasi kearifan lokal melalui panas Pela adalah upaya kita dalam mentransformasikan nilai – nilai budaya yang masih di pertahankan oleh masyarakat di bumi saka Mese Nusa ini, sehingga ritual ini terus dipelihara dan di lestarikan oleh masyarakat terutama masyarakat Sohuwe dan masyarakat Lumahpelu.” Tambah Ely.

Dikatakan Ely, ritual panas Pela adalah sebuah ritual adat dalam rangka memperingati kembali hubungan kekerabatan dan persaudaraan antar dua negeri yang terjadi hari ini yaitu Negeri Lumahpelu (Toma Lima maalesia) dan negeri Sohuwe (Nunuwe manasaite kara uleila).

Panas Pela merupakan identitas masyarakat Maluku yang berharga, sekaligus sebagai tanda pengingat kepada generasi penerus bahwa kita memiliki warisan identitas budaya yang patut dibanggakan, dengan tidak mengenal asal usul, dan hal ini menyatakan pembuktian bahwa agama, adat dan budaya dapat dipertahankan dalam menciptakan keharmonisan dan kedamaian hidup, serta telah menyuguhkan sebuah tingkat keadaban yang tinggi dalam pertalian sejati hidup orang Basudara, sebagaimana ungkapan leluhur kita, potong di kuku rasa di daging, Ale rasa Beta rasa, sagu salemoeng di patah dua.

Selaku pimpinan daerah Ely mengapresiasi dan menghimbau kepada para upu latu untuk senantiasa melakukan revitalisasi nilai – nilai kearifan sehingga menjadi modal sosial kultural dalam rangka membangun Kebupaten SBB yang rukun religius, damai sejahtera, aman berkualitas dan demokratis.” Imbuh Ely.

” Semoga panjang Pela ini bukan sekedar ekspresi serimonial acara adat saja, tetap berisi pesan kultur dan religius yang harus di pertahankan terutama nilai kasih dan sayang,” pinta Ely. (MB-LN)