SBB.malukubarunews.com – Desa Buano Utara, Kecamatan Huamual Belakang, Kabupaten Seram Bagian Barat kembali menunjukkan kuatnya tradisi gotong royong sebagai modal sosial masyarakat. Warga secara mandiri membangun jalan tani untuk membuka akses menuju area perkebunan yang selama ini sulit dijangkau.
Kegiatan swadaya ini melibatkan puluhan warga yang bahu-membahu membuka, meratakan, hingga mulai melakukan pengecoran jalan penghubung antara permukiman penduduk dan lahan pertanian. Akses tersebut selama ini sangat dibutuhkan demi kelancaran mobilitas hasil pangan lokal dan distribusi peralatan pertanian.
“Pembuatan jalan ini bertujuan untuk mempermudah akses masyarakat petani dalam mengangkut hasil pangan lokal desa serta meningkatkan distribusi alat dan bahan pertanian ke setiap lahan warga,” kata Ketua Kelompok Jalan Tani Ola, Saharim Nanilette.
Menurut Saharim, masyarakat telah turun-temurun menggunakan jalur setapak menuju kebun dengan jarak tempuh antara 1 hingga 7 kilometer. Medan yang berat dan minimnya infrastruktur membuat aktivitas pertanian sering terhambat, terutama saat musim panen.
“Untuk tahapan pembersihan lahan hingga pelebaran jalan semua sudah rampung. Tinggal pengecoran. Saat ini kami baru selesaikan pengecoran sepanjang 30 meter dengan lebar 2 meter. Masih tersisa sekitar tujuh kilometer yang belum dicor karena keterbatasan bahan,” ujarnya.
Pekerjaan yang dilakukan secara swadaya ini mengandalkan material lokal maupun nonlokal dengan peralatan sederhana. Minimnya dukungan anggaran membuat proses pembangunan memerlukan waktu yang sangat panjang. Meski demikian, warga tetap mengandalkan semangat kebersamaan sebagai modal utama.
“Untuk menyelesaikan pekerjaan ini membutuhkan waktu sangat lama, apalagi dengan panjang jalan tujuh kilometer. Kami hanya mengandalkan semangat serta sumbangan dari masyarakat,” ungkap Saharim.
Keprihatinan terhadap kondisi tersebut juga disampaikan tokoh muda Seram Bagian Barat, Ajuan Hitimala, yang turut bergabung bersama warga dalam kegiatan gotong royong. Ia menilai, apa yang dilakukan masyarakat menunjukkan besarnya kebutuhan terhadap infrastruktur pertanian yang memadai.
“Jalan yang dibangun ini masyarakat hanya bermodal semangat dan jiwa kebersamaan, dengan bahan dan alat yang sangat terbatas. Tentu penyelesaiannya memerlukan waktu yang sangat lama,” kata Ajuan.
Ajuan mendesak pemerintah daerah agar memberi perhatian terhadap desa-desa terisolasi yang masih kekurangan akses jalan tani. Dukungan infrastruktur, ujarnya, sangat penting untuk membuka peluang peningkatan ekonomi lokal dan mempercepat distribusi hasil pertanian.
“Jika pembangunan infrastruktur pertanian tersedia dengan baik, akses menuju lahan akan lebih mudah dan nilai jual pangan lokal dapat meningkat karena distribusi menjadi lebih efisien,” tambahnya (MB-Leo)
