Polwan Polresta Ambon Gelar Trauma Healing untuk Anak Korban Bentrok Hunuth-Hitu

oleh -51 Dilihat

Ambon (Malukubarunews.com) – Dalam upaya membantu pemulihan psikologis anak-anak korban bentrok antara warga Desa Hunuth dan Hitu, jajaran Polwan Polresta Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease melaksanakan kegiatan trauma healing di tiga lokasi pengungsian, Kamis (21/8/2025).

Kegiatan yang berlangsung mulai pukul 10.30 hingga 14.30 WIT ini dipimpin langsung oleh empat perwira polisi wanita, yakni IPTU Neila Salatalohy (Wakasatbinmas), IPTU Kartini Pelu (Kanit Bhabinkamtibmas), IPDA Jabida Sopamena (KBO Satlantas), dan IPDA Hani Anggelia Simangunsong (Kanit Kamsel Satlantas).

Tiga lokasi pengungsian yang menjadi sasaran kegiatan trauma healing adalah Gedung Serbaguna Jemaat GPM Nania, Dumsub Negeri Lama, dan Kantor Desa Poka, di mana ratusan warga terdampak konflik masih menetap.

“Kegiatan ini difokuskan pada anak-anak, dengan tujuan utama memberikan pendampingan psikologis agar mereka bisa melupakan trauma dan kembali ceria,” jelas Kasi Humas Polresta Ambon, IPDA Janet S. Luhukay, dalam keterangan pers.

Rangkaian kegiatan meliputi permainan interaktif, edukasi ringan untuk membangun semangat belajar, serta pembagian 200 paket snack kepada anak-anak dan balita. Kegiatan ini tidak hanya ditujukan untuk hiburan, tetapi juga sebagai terapi non-medis untuk membantu anak-anak pulih dari pengalaman traumatis.

“Kami ingin menciptakan suasana positif di posko pengungsian, serta membangun kedekatan emosional antara Polri dan masyarakat, khususnya anak-anak,” tambah Luhukay.

Hasil dari kegiatan ini cukup menggembirakan. Anak-anak terlihat antusias dan ceria selama sesi trauma healing berlangsung. Bahkan, situasi posko pengungsian yang sebelumnya penuh kecemasan berubah menjadi lebih kondusif dan penuh keceriaan.

“Respons anak-anak sangat luar biasa. Mereka tampak bahagia dan bisa tersenyum kembali. Ini adalah bentuk nyata pendekatan humanis dari Polri,” kata IPTU Neila Salatalohy, koordinator kegiatan.

Kegiatan ini juga memperlihatkan bahwa pemulihan pasca-konflik tidak hanya berbicara soal fisik dan material, namun juga mental dan psikologis, terutama bagi kelompok rentan seperti anak-anak. Pendekatan seperti ini diharapkan bisa menjadi model berkelanjutan dalam penanganan korban konflik sosial di wilayah Maluku.

“Anak-anak adalah masa depan kita. Jangan sampai trauma ini menjadi luka yang dibawa sampai dewasa. Polwan hadir bukan hanya sebagai aparat, tapi sebagai ibu, kakak, dan teman bagi mereka,” tutup IPDA Hani Anggelia Simangunsong.(MB-01)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.