Ambon, MalukuBaruNews.com — Lomba musik daerah yang digelar oleh Tim Penggerak PKK Kecamatan Baguala, Kota Ambon, menjadi sorotan publik setelah berhasil menggaet pelajar SD, SMP, dan komunitas musik lokal. Kegiatan ini digagas sebagai upaya strategis membudayakan musik daerah Maluku di kalangan generasi muda, khususnya anak usia sekolah.
Lomba yang dilaksanakan secara gratis ini berlangsung di Aula lantai 2 Sari Guri Resto Lateri Kecamatan Baguala sejak pertengahan Juli 2025, dengan melibatkan delapan peserta dari jenjang SD dan SMP serta enam komunitas musik lokal. Setiap peserta diwajibkan membawakan lagu wajib bertema Maluku serta satu lagu bebas yang masih bernuansa musik daerah.
“Kami ingin anak-anak tidak hanya mengenal musik dari luar, tapi juga memahami dan mencintai kekayaan musik daerah sendiri. Musik Maluku harus ditanamkan sejak dini,” kata Ketua PKK Kecamatan Baguala, Jeane Maitimu.
Ia menekankan bahwa lomba ini bukan sekadar ajang hiburan, melainkan gerakan budaya yang melibatkan langsung peran sekolah dan komunitas untuk menumbuhkan kecintaan terhadap musik daerah. Menurutnya, banyak anak saat ini lebih akrab dengan gawai ketimbang alat musik tradisional.
“Dengan kegiatan ini, kami berharap anak-anak bisa mengurangi waktu bermain HP dan mulai tertarik bermain musik, khususnya musik daerah. Itu yang kami dorong,” ujar Jeane Maitimu.
Lomba ini juga mendapatkan dukungan penuh dari Pemerintah Kota Ambon dan pihak Kecamatan Baguala. Dana hadiah bagi para pemenang disediakan oleh kolaborasi antara panitia PKK dan pemerintah setempat. Juara pertama berhak atas hadiah sebesar Rp3 juta, juara kedua Rp2,5 juta, dan juara ketiga Rp1,5 juta. Disediakan juga hadiah hiburan untuk peserta harapan satu hingga tiga.
“Kami sangat berterima kasih kepada Pemerintah Kota Ambon yang telah membantu mensupport kegiatan ini, termasuk menyediakan hadiah bagi para peserta,” tutur Jeane Maitimu.
Penjurian dilakukan oleh tim independen dari komunitas seniman musik lokal yang tergabung dalam organisasi Amox, sebuah wadah musisi tradisional Maluku. Penilaian fokus pada penguasaan lagu daerah, teknik vokal, dan penampilan panggung.
Salah satu juri, anggota Amox bernama Rahman Tetelepta, mengungkapkan pentingnya kompetisi ini dalam menjaga eksistensi musik daerah. “Anak-anak sekarang perlu disentuh dengan pendekatan yang kreatif. Lomba ini adalah medium yang tepat untuk regenerasi musik tradisional,” katanya.
Meskipun hanya delapan sekolah yang mendaftar, panitia berharap partisipasi akan meningkat pada penyelenggaraan berikutnya. Setiap sekolah sebenarnya diwajibkan ikut, namun beberapa belum mendaftarkan diri.
“Lupa terus mereka, padahal sudah kami himbau. Tapi tidak masalah, kami tetap lanjutkan dan semangat karena ini misi budaya,” ujar Jeane Maitimu, menanggapi minimnya jumlah peserta.
Rangkaian lomba ini dijadwalkan berlangsung hingga akhir Juli, dengan puncak acara penyerahan hadiah dan pertunjukan kolaborasi lintas komunitas budaya di panggung terbuka Kecamatan Baguala.(MB-Aii)