Maluku Raih Peringkat Kedua di Mandaya Awards 2025 untuk Kategori Penggerak Daerah Terpencil

oleh -6 Dilihat

Jakarta. malukubarunewa.com  — Provinsi Maluku kembali menorehkan prestasi di kancah nasional dengan meraih peringkat kedua dalam ajang Mandaya Awards 2025 untuk kategori Penggerak Daerah Terpencil, yang diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat Republik Indonesia. Penghargaan ini diberikan dalam sebuah seremoni resmi di Ballroom Lantai 6 Plaza Jamsostek, Jakarta, pada Kamis (16/10).

Penghargaan tersebut diterima langsung oleh Saiful Indra Patta, Kepala Badan Penghubung Provinsi Maluku, yang hadir mewakili Gubernur Maluku, Hendrik Lewerissa. Adapun peringkat pertama dalam kategori ini diraih oleh Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), yang dikenal dengan program inovatifnya dalam memberdayakan wilayah kepulauan dan perbatasan.

“Penghargaan ini merupakan bentuk pengakuan atas kerja kolektif Pemerintah Provinsi Maluku dalam mendorong kemandirian masyarakat desa di wilayah-wilayah terpencil. Ini adalah hasil kerja keras lintas sektor,” kata Saiful Indra Patta usai menerima penghargaan.

Mandaya Awards merupakan ajang apresiasi tingkat nasional yang ditujukan untuk pemerintah daerah, akademisi, dunia usaha, dan komunitas yang berkontribusi dalam pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan. Program ini mengukur dampak nyata dari berbagai kebijakan dan gerakan lokal yang memperkuat fondasi sosial-ekonomi di daerah.

Dalam sambutannya, Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Muhaimin Iskandar, menegaskan bahwa esensi dari pemberdayaan bukan sekadar memberi, tetapi menciptakan masyarakat yang mandiri dan bermartabat.

> “Ukuran keberhasilan pemberdayaan adalah meningkatnya kualitas hidup masyarakat menjadi berdaya, mandiri, dan bermartabat,” ujar Muhaimin Iskandar.

Lebih lanjut, ia menekankan bahwa Mandaya Awards merupakan simbol dari perubahan paradigma besar dalam kebijakan sosial—dari pendekatan bantuan langsung menuju pemberdayaan berbasis partisipasi.

“Mandaya bukan sekadar penghargaan, tapi simbol perubahan paradigma: dari bantuan menjadi pemberdayaan, dari program menjadi gerakan, dari ide menjadi dampak nyata,” tegasnya.

Pencapaian Maluku dalam penghargaan ini tidak lepas dari berbagai program strategis seperti pelatihan keterampilan berbasis lokal, penguatan ekonomi desa, dan infrastruktur penunjang akses wilayah terpencil. Pemerintah provinsi juga menggandeng berbagai mitra, termasuk akademisi dan organisasi non-pemerintah, untuk memperluas cakupan program.

“Kami sadar tantangan di daerah terpencil sangat kompleks. Tapi dengan pendekatan kolaboratif dan kebijakan berbasis kebutuhan nyata, kami percaya perubahan bisa dilakukan dari pinggiran,” jelas Saiful Indra Patta.

Acara penghargaan ini dihadiri oleh sejumlah pejabat tinggi negara, termasuk Menteri UMKM Maman Abdurrahman, Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia Mukhtarudin, serta tokoh daerah seperti Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X dan Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal. Kehadiran para wakil menteri, rektor universitas, dan pejabat dari kementerian teknis lainnya menunjukkan komitmen lintas sektor terhadap agenda pemberdayaan nasional.

“Setiap kebijakan harus menjadi investasi sosial yang menumbuhkan produktivitas, bukan ketergantungan,” pungkas Muhaimin Iskandar.

Dengan capaian ini, Provinsi Maluku diharapkan terus memperkuat inisiatif lokal dan menjadikan keberdayaan masyarakat desa sebagai prioritas utama pembangunan. Penghargaan Mandaya bukanlah titik akhir, melainkan pijakan untuk langkah yang lebih besar dalam menjangkau mereka yang berada di garis paling luar pembangunan.(MB-01)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.